Bidadari Kecil
Lahirlah seorang anak perempuan ke dunia ini.
Aku tak pernah menyangka akan terlahir ke dunia ini seorang bidadari mungil.
Seorang anak perempuan yang mungil dan cantik. Bidadari kecil ini adalah putri
mungil yang baru saja telah aku lahirkan. Begitu besar perjuangan bundamu ini
untuk melahirkanmu, putriku. Bidadari kecil yang baru saja aku lahirkan ini aku
beri nama “Putri”. Aku sebagai seorang ibu, menginginkan putri pertamaku
seperti seorang putri. Tumbuh menjadi gadis yang cantik, baik, pintar. Meski kita bukanlah dari keluarga kaya atau
keluarga kerajaan. Aku mengingikan putriku menjadi seorang putri karena
keahliannya dan kemampuannya. Bukan karena takhta orang tuanya. Bidadari
kecilku ini, aku akan aku rawat seorang diri, karena ayah bidadari kecil ini
telah kembali kepada Yang Maha Kuasa. Walaupun hidupku terbatasi karena hal
ekonomi, tapi aku akan tetap menjadikan bidadariku seorang putri.
Aku akan menyekolahkan bidadari kecilku
setinggi-tingginya sehingga ia bisa menjadi wanita yang cerdas dan berguna
untuk Negara dan Bangsa. Aku akan memberikan ia makanan dan minuman yang
membuat ia tumbuh dan berkembang dengan baik. Agar ia tidak terserang penyakit
yang menyerang tubuh dia, apabila bidadariku sakit ia akan mengalami kesulitan
dalam menimba ilmu nantinya. Walaupun itu masih bisa terbilang sangat lama,
tapi ini harus dipersiapkan dari sekarang. Karena bidadariku membutuhkan
perhatian dan perlindungan sejak dini. Begitu besar cita-cita dan keinginanku
untuk bidadari kecilku ini. Mungkin ini sulit tercapai apabila dilihat dari
segi ekonomi. Namun, aku sebagai seorang ibu hanya dapat berdoa dan berusaha
untuk memenuhi kehidupanku dengan buah hatiku yang baru saja hadir.
Terkadang keterbatasan ekonomi membuatku putus asa, apa
bisa aku merawat bayi sendiri tanpa kehadiran seorang suami. Sempat terlintas
di benakku pada saat aku mengandung buah hati kecilku ini untuk aku membuangnya
agar aku tidak kesulitan membiayainya. Entah aku buang ke sebuah rumah yang
beranggotakan keluarga kaya agar bidadariku ini dapat hidup bahagia dan segala
terpenuhi, atau menitipkannya ke sebuah panti asuhan. Pemikiran seperti ini
pernah terlintas di otak kasarku. Menjelang kelahiran aku memutuskan untuk
menitipkan anakku kelak pada keluarga kaya saja. Agar anakku benar-benar
merasakan kebahagiaan dan tidak merasakan kesulitan kelak dalam hidupnya.
Namun, setelah aku melahirkannya. Hilang sudah dalam
benak ini untuk menitipkan bidadariku ini, karena aku sudah merasakan bagaimana
rasanya melahirkan dan pengorbanan aku untuk mempertaruhkan hidup dan matiku.
Aku tidak ingin jauh dari bidadari kecilku ini, sehingga aku memutuskan untuk mengurungkan
rencana awalku untuk menitipkan bayi ini. Aku sangat menginginkan bidadariku
mengenalku, mengenal siapa sosok perempuan yang telah melahirkannya ke dunia
ini, mengenal siapa sosok perempuan yang menyusuinya pada saat masih bayi,
siapa yang merawatnya dikala ia sakit, siapa yang merawatnya menjaganya
melindunginya dari ia lahir hingga ia tumbuh dewasa.
Mungkin aku egois, mengambil keputusan ini. Namun, bagiku
ini keputusan yang terbaik yang aku ambil. Karena seorang ibu tidak pernah
ingin jauh dari anaknya. Meski kami keterbatasan ekonomi, tapi aku akan
berusaha sekuat tenaga agar aku dapat membiayai bidadariku hingga ia bisa
membiayai dirinya sendiri kelak. Cita-cita seorang ibu untuk anaknya selalu
tinggi, walaupun ada yang menghalangi namun seorang ibu tidak pernah berhenti
berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
======================================================
Maka, kita sebagai seorang anak. Haruslah berbakti kepada
siapa yang menjadi orang tua kita. Baik itu ayah atau ibu. Namun yang sangat
berjuang dalam hidup kita itu adalah ibu. Karena ibu adalah perempuan yang
telah melahirkan kita. Ayah juga berjasa untuk kehidupan kita karena apabila
tidak ada ayah, kita tidak mungkin ada di dunia. Dan untuk yang ayahnya masih
ada, ayah selalu berusaha mencari nafkah untuk anak dan istrinya, dan sebagai
kepala keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar